BAB
6
KARAKTERISTIK
AJARAN ISLAM
Selama ini kita sudah mengenal
Islam, tetapi ajaran Islam dalam potret yang bagaimanakah yang kita kenal itu,
tampaknya masih merupakan suatu persoalan yang perlu didiskusikan lebih lanjut.
Misalnya menggenail islam dalam potret yang ditampilkan Iqbal dengan nuansa
filosofis dan sufistiknya, Islam yang ditampilkan Fazlur Rahman bernuansa
historis dan filosofis. Demikian juga, Islam ditampilkan pemikir-pemikir dari
Iran seperti Ali Syari’ati, Sayyed Husein Nasr, Murthada Muthahhari. Para
pemikir Islam ini terkesan banyak menguasai pemikiran filsafat modern serta
ilmu-ilmu sosial yang berasal dari barat., melalui kritiknya yang akurat serta
solusi yang ditawarkan dari islam yang dibangun dari pendekatan filosofis
sufistik.
Selanjutnya, di Indonesia kita
mengenal pemikiran Islam dari Harun Nasution yang banyak menggunakan pendekatan
filosofis dan historis sebagai acuannya. Belakangan muncul pula potret Islam
versi Nurcholis Madjid dengan potret Islam dalam versi Endang Saefuddin
Anshari, dan masih banyak lagi.
Kenyataan tersebut memperlihatkan
adanya dinamika internal dari kalangan umat islam untuk menerjemahkan Islam
dalam upaya meresponi berbagai masalah umat yang mendesak. Titik tolak dan
tujuan mereka sama yaitu ingin menunjukkan konstribusi Islam sebagai salah satu
alternatif dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat.
Pemikiran para ilmuwan Muslim dengan
mempergunakan berbagai pendekatan tersebut diatas kiranya dapat digunakan
sebagai bahan untuk mengenal karakteristik ajaran Islam. Tidak mencoba
mendebatkannya antara satu dan lainnya, melainkan lebih mencari sisi-sisi
persamaannya untuk kemaslahatan umat umumnya dan untuk keperluan studi Islam
pada khususnya.
A. Dalam
Bidang Agama
Menurut
Nurcholis Madjid, bahwa dalam bidang agama, Islam mengakui adanya pluralisme.
Menurutnya, Pluralisme adalah sebuah aturan Tuhan (sunnah Allah) yang tidak
akan berubah, sehingga juga tidak mungkin dilawan atau diingkari. Dan Islam
adalah agama yang kitab sucinya dengan tegas mengakui hak agama lain, kecuali
berdasarkan paganisme dan syirik, untuk hidup dan mengajarkan agama
masing-masing dengan penuh kesungguhan. Karena itu agama tidak boleh
dipaksakan. Bahkan Al-qur’an juga mengisyaratkan bahwa para penganut berbagai
agama, asalkan percaya kepada Tuhan dan hari kemudian serta berbuat baik
semuanya akan selamat.
Karakteristik
ajaran islam dalam bidang agama juga mengakui adanya universalisme, mengajarkan
kepercayaan kepada Tuhan dan hari akhir, nyuruh berbuat baik, dan mengajak pada
keselamatan.
Dengan
demikian, karakteristik ajaran islam dalam visi keagamaanya bersifat toleran,
pemaaf, tidak memaksakan, dan saling menghargai karena dalam pluralitas agama
tersebut terdapat unsur kesamaan yaitu pengabdian pada Tuhan.
B. Dalam
Bidang Ibadah
Ibadah
yang dibahas dalam bagian ini adalah ibadah dalam arti khusus. Yakni apa yang
telah di tetapkan oleh Allah akan perincian-perincianya, tingkat dan
cara-caranya tertentu. Ketentuan ibadah demikian itu termasuk salah satu bidang
ajaran islam dimana akal manisia tidak perlu campur tangan, melainkan hak dan
otoritas Tuhan sepenuhnya. Kedudukan manusia dalam hal ini adalah mematuhi,
mentaati, melaksanakan, dan menjalankannya, dengan penuh ketundukan pada Tuhan,
sebagai bukti pengabdian dan terimakasih-Nya.
C. Dalam
Bidang Akidah
Ajaran
Islam sebagai mana dikemukakan Maulana Muhammad Ali, dapat dibagi kepada kedua
bagian, yaitu bagian atau teori yang lazim disebut rukun iman, dan bagian
praktik yang mencakup segala yang harus dikerjakan oleh orang Islam, yakni
amalan-amalan yang harus dijadikan pedoman hidup. Bagian pertama selanjutnya
disebut ushul (pokok) dan bagian kedua disebut furu’. Kata Ushul adala jamak
dari aslhl artinya pokok atau asas; adapun kata furu’ artinya cabang. Bagian
pertama disebut ahkam. Menurut Imam Syahrastani bagian pertama disebut ma’rifat
dan bagian kedua disebut tha’ah, kepatuhan.
Selanjutnya
dalam kitab Mu’jam al-falsafi, jamil shaliba mengartikan akidah menurut bahasa
adalah menghubungkan dua sudut sehingga bertemu dan bersambung secara kokoh.
Ribath yang artinya juga ikatan tetapi ikatan yang mudah dibuka, karena
mengandung unsur yang membahayakan. Dalam bidang perundang-rundangan, akidah
berarti menyepakati antara dua perkara atau lebih yang harus dipatuhi bersama.
Dalam kaitan ini akidah berkaitan dengan kata Aqad yang digunakan untuk arti
akad nikah, akad jual beli, akad kredit dan sebagainya.
Akidah
dalam Islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah SWT sebagai Tuhan yang
wajib disembah, ucapan dengan lisan dalam bentuk dua kalimat syahadat dan
perbuatan dengan amal soleh. Dan selanjutnya harus berpengaruh kedalam segala
aktivitas yang dilakukan manusia, sehingga berbagai aktvitas tersebut bernilai
ibadah.
D. Dalam
Bidang Ilmu Kebudayaan
Karakteristik
ajaran Islam dalam bidang ilmu dan kebudayaan bersika terbuka dan akomodatif
untuk menerima berbagai masukan dari luar, tetapi bersamaan dengan islam yang
selektif, yaitu tidak begitu saja menerima seluruh jenis ilmu dan kebudayaan,
melainkan ilmu dan kebudayaan yang sejalan dengan Islam.
Karakteristik
Islam dalam bidang ilmu pengetahuan dan Kebudayaan tersebut dapat pula dilihat
dari 5 ayat pertama surat Al-Alaq yang diturunkan Tuhan kepada nabi Muhammad
SAW. Pada ayat tersebut terdapat kata
Iqra’ yang diulang sebnyak dua kali. Kata tersebut menurut A. Baiquni selain
berarti membaca dalam art biasa, juga berarti menelaah, mengopservasi,
membandingkan, mengukur, mendeskripsi, menganalisis, dan penyimpulan secara
induktif.
E. Bidang
Pendidikan
Sejalan
dengan bidan ilmu pengetahuan dan kebudayaan tersebut diatas, Islam juga
memiliki ajaran yang khas dalam bidang pendidikan. Islam memandang bahwa
pendidikan adalah hak bagi setiap orang (education for all). Dalam bidang pendidikan islam memiliki rumusan
yang jelas dalam bidang tujuan , kurikulum, guru, metode, sarana dan lain
sebagainya. Semua aspek dalam bidang pendididikan ini dapat dipahami dari
kandungan Surat Al Alaq sebagai mana disebut diatas.Didalam Al qur’an dapat
dijumpai berbagai metode pendidikan seperti metode ceramah, Tanya jawab,
diskusi, demonstrasi, penugasan, teladan, pembiasaan, karya wisata, cerita,
hukuman , nasehat, dan sebagainya. Berbagai metode tersebut dapat digunakan
sesuai dengan materi yang diajarkan, dan dimaksudkan demikian agar pendidikan
tidak membosankan anak didik.
F. Bidang
Sosial
Selanjutnya karakteristik ajaran Islam
dapat dari ajaranya di bidang Sosial.Ajaran Islam di Bidang ini termasuk yang
paling menonjol karena seluruh bidan ajaran Islam sebagai mana telah
disebtutkan diatas pada akhirnya ditujukan untuk kesejahteraan manusia. Namun
khusus dalam bidang social ini, Islam menjunjung tinggi tolong- menolong,
saling menasehati tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, egaliter (kesamaan
derajat), tenggang rasa dan kebersamaan.
G. Dalam
Bidang Kehidupan Ekonomi
Islam
memandang bahwa kehidupan yang harus dilakukan manusia adalah hidup yang
seimbang dan tidak terpisahkan antara urusan dunia dan akhirat. Urusan dunia
dikejar dalam rangka mengejar kehidupa akhirat dan kehidupan akhirat dicapai
dengan dunia. Sebagaimana dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Ibn Mubarak
yang artinya : Bukanlah termasuk orang yang baik diantara kamu adalah orang
yang meninggalkan dunia karena mengejar kehidupan akhirat, dan orang yang
meninggalkan akhirat karena mengejar kehidupan dunia.
Mengenai
hal ini, perlu dimiliki pandangan kosmologis yang didasarkan pada pandangan
teologi yang benar. Dalam teologi islam, bahwa alam raya dengan segala isinya
sebagai ladang untuk mencari kehidupan adalah sesuatu yang suci dalam arti
tidak haram untuk dimanfaatkan.
H. Dalam
Bidang Kesehatan
Ajaran
islam dalam hal ini berpedoman pada prinsip pencegahan lebih diutamakan
daripada penyembuhan. Dalam bahasa Arab berbunyi : al-waqiyah khir min
al-‘ilaj. Berkenaan dengan konteks kesehatan ini ditemukan sekian banyak
petunjuk kitab suci dan Sunnah Nabi Saw. Yang pada dasarnya mengarah pada upaya
pencegahan.
I. Dalam
Bidang Politik
Dalam Al-Qur’an
surat An-Nisa ayat 156 terdapat perintah menta’ati uli amri yang terjemahannya
termasuk penguasa dibidang politik, pemerintahan dan negara.
Masalah politik
ini selanjuntya berhubungan dengan bentuk pemerintahan. Dalam sejarah kita
mengenal berbagai bentuk pemerintahan seperti republik yang dipimpin presiden,
kerajaan dipimpin raja, dan sebagainya.
J. Dalam
Bidang Pekerjaan
Islam memandang bahwa kerja sebagai
ibadah kepada Allah Swt. Atas dasar ini maka kerja yang dikehendaki islam
adalah kerja yang bermutu, terarah pada pengabdian terhadap Allah Swt. Islam
tidak menekankan pada banyaknya pekerjaan , tetapi pada kualitas manfaat kerja.
K. Islam
Sebagai Disiplin Ilmu
Sebagaimana
dalam berbagai bidang dalam kehidupan, islam juga telah tampil sebagai sebuah
disiplin ilmu, yaitu ilmu keislaman. Disiplin ilmu keislaman mencakup ilmu
kalam, ilmu hadits, filsafat, tasawuf, hukum islam, dan sebagainya.
Dalam
hal ini islam sebenarnya mempunyai aspek teologi, aspek ibadah, aspek moral,
aspek sejarah/ kebudayaan dan sebagainya. Islam juga sebagai agama yang
mengajarkan perdamaian, toleransi, terbuka, kebersamaan, demokratis, adil,
memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah sosial kemasyarakatan, mengutamakan
pencegahan daripada penyembuhan dalam bidang kesehatan dengan cara
memperhatikan segi kesehatan jasmani, pakaian, makanan, tempat tinggal,
lingkungan, dan sebagainya.
BAB
7
MISI
AJARAN ISLAM
A. Pendahuluan
Studi
terhadap misi ajaran Islam secara komprehensif dan mendalam adalah sangat
diperlukan karena beberapa sebab sebagai berikut :
Pertama,
untuk menimbulkan kecintaan manusia terhadap ajaran Islam yang didasarkan
kepada alasan yang sifatnya bulan hanya normatif , yakni karena diperintah oleh
Allah, dan bukan pula karena emosional semata-mata, karena didukung oleh
argumentasi yang bersifat rasional, kultural dan aktual. Yitu argumen yang
masuk akal, dapat dihayati dan dirasakan oleh umat manusia.
Kedua,
untuk membuktikan kepada umat manusia bahwa Islam baik secara normatif maupun
secara kultural dan rasional adalah ajaran yang dapat membawa manusia kepada
kehidupan yang lebih baik, tanpa harus mengganggu keyakinan agama Islam.
Ketiga,
untuk menghilangkan citra negatif dan sebagian Masyarakat terhadap ajaran
Islam.
B. Misi
Islam
Terdapat
sejumlah argumentasi yang dapat digunakan untuk menyatakan bahwa misi ajaran
Islam sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam. Argumentasi tersebut
dikemukakan sebagai berikut :
Pertama,
untuk menunjukkan bahwa Islam sebagai pembawa rahmat dapat dilihat dari
pengertian Islam itu sendiri.
Kedua,
misi Islam sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam dapat dilihat dari ajaran
dalam bidan ekonomi yang bersandikan asas keseimbangan dan pemerataan. Demikian
pula keadaan masyrakat baik segi sosial, ekonomi, politik, pendidikan,
kebudayaan dan sebagainyan dalam keadaan berantakan dan kacau balau. Keadaan
dunia yang demikian digambarkan dalam Al-Qur’an :
tygsß ß$|¡xÿø9$# Îû Îhy9ø9$# Ìóst7ø9$#ur $yJÎ/ ôMt6|¡x. Ï÷r& Ĩ$¨Z9$# Nßgs)ÉãÏ9 uÙ÷èt/ Ï%©!$# (#qè=ÏHxå öNßg¯=yès9 tbqãèÅ_öt ÇÍÊÈ
Artinya : “telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Ar-rum : 41)
Islam bukan hanya mengurusi sosial ibadah dan seluk-beluk yang
terkait dengan nya saja, melainkan juga ikut terlibat dalam jalan keluar yang
terbaik untuk mengatasi masalah tersebut dengan penuh bijaksana dan adil.
Hal-hal itu dapat dikemukakan sebagai berikut :
Pertama,
dalam bidang sosial, Islam memperkenalkan ajaranyang bersifat egaliter atau
kesetaraan dan kesederajatan antara manusia dengan manusia lain.
Ajaran
islam dalam bidang sosial inilah yang dibawa Nabi Muhammad Saw, yaitu ajaran
yang bersifat egaliter, toleransi, persaudaraan, tolong-menolong,
nasehat-menasehati, saling menjaga dan mengamankan dan seterusnya.
Kedua,
misi ajaran islam sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam dapat dilihat dari
ajaran dalam bidang ekonomi yang bersendikan asas keseimbangan dan pemerataan.
Misi
ajaran islam dalam bidang ekonomi ini dapat dilihat pula dari perintah
berdagang secara jujur, yaitu pedagang jauh dari kecurangan, penipuan dan
tindakan lain yang merugikan konsumen
Ketiga,
misi ajaran Islam rahmatan lil alamin dalam bidang politik terlihat dari
perintah Alquran agar seorang pemerintah bersikap adil, bijaksana terhadap
rakyat yang dipimpinnya, mendahulukan kepentingan – kepentingan rakyat daripada
kepentingan dirinya, melindungi dan mengayomi rakyat, memberikan keamanan dan
ketentraman kepada masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ayat :
* ¨bÎ) ©!$# öNä.ããBù't br& (#rxsè? ÏM»uZ»tBF{$# #n<Î) $ygÎ=÷dr& #sÎ)ur OçFôJs3ym tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# br& (#qßJä3øtrB ÉAôyèø9$$Î/ 4
¨bÎ) ©!$# $KÏèÏR /ä3ÝàÏèt ÿ¾ÏmÎ/ 3
¨bÎ) ©!$# tb%x. $JèÏÿx #ZÅÁt/ ÇÎÑÈ
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha melihat.” (An-nisa : 58)
Keempat,
missi rahmatan lil alamin ajaran Islam dalam bidang hukum-hukum terlihat dari
perintah Alquran surat An-Nisa’ ayat 58 sebagaimana tersebut di atas. Ayat
tersebut memerintah seorang hakim agar berlaku adil dan bijaksana dalam
memutuskan perkara. Penegakan supremasi hukum sangat dianjurkan dalam ajaran
Islam.
Kelima,
misi ajaran Islam rahmatan lil alamin dapat pula dilihat dalam bidang
pendidikan. Hal ini terlihat dari ajaran Islam yang memberikan kebebasan kepada
manusia untuk mendapatkan hak-haknya dalam bidang pendidikan. Islam
menganjurkan belajar sungguhpun dalam keadaan perang, dan menuntut ilmu mulai
dari buaian hingga ke linag lahat, serta melakukannya sepanjang hayat.
Pendidikan dalam Islam adalah untuk semua. pemerataan dalam pendidikan adalah
merupakan misi ajaran Islam.
Ketiga,
misi Islam dapat pula dilihat dari ajaran yang dibawa dan dipraktikan Nabi
Muhammad saw. Di dalam Al-Qur’an dengan tegas dinyatakan :
!$tBur »oYù=yör& wÎ) ZptHôqy úüÏJn=»yèù=Ïj9 ÇÊÉÐÈ
Artinya :”Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Al-Anbiya’ :107)
Keempat, misi ajaran selanjutnya dapat pula dilihat pada
kedudukannya sebagai sumber nilai dan pandangan hidup manusia.
Kelima, misi ajaran Islam sebagai pembawa rahmat dapat pula dilihat
dari peran yang dimainkan dalam sejarah. Sebagaimana tercatat dalam sejarah
bahwa Islam di abad klasik (Abad 6 sd 13 M) atau selama lebih kurang 7 abad
telah tampil sebagai pengawal umat manusia menuju kehidupan bahagia dunia dan
akhirat.
Keenam, misi ajaran Islam lebih Lanjut dapat pula dilihat dari
praktek Nabi Muhammad di Madinah. Fakta sejarah menyatakan bahwa masalah
pertama yang dilakukan Nabi adalah menjalin hubungan yang harmonis dan kokh
dengan seluruh komponen masyarakat yang ada di Madinah.
BAB
8
POSISI
ISLAM DI ANTARA AGAMA-AGAMA DI DUNIA
A. Pendahuluan
Para
ahli Ilmu Perbandingan Agama (The Comparative Study Of Religion ) bida membagi
agama secara garis besar ke dala dua bagian. Pertama, kelompok agama yang
diturunkan oleh Tuhan melalui wahyu-wahyunya sebagaimana termaksud dalam kitab
suci Alquran. Kedua, kelompok agama yang didasarkan pada hasil renungan
mendalam dari tokoh yang membawanya sebagaimana terdokumentasikan dalam kitab
suci yang disusunnya.
B. Pembahasan
Islam
adalah agama yang terakhir di antara agama besar di dunia yang semuanya
merupakan kekuatan raksasa yang mengeerakkan revolusi dunia, dan mengubah nasib
sekalian bangsa. Selain itu, Islam bukan saja agama yang terakhir melainkan
agama yang melengkapi segala-galanya dan mencakup sekalian agama yang datang
sebelumnya.
Mengenai
posisi Islam terhadap agama-agama yang datang sebelumnya dapat dikemukakan
sebagai berikut :
Pertama,
dapat dari ciri khas agama islam yang paling menonjol yaitu bahwa Islam
menyuruh para pemeluknya agar beriman dan mempercayai bahwa seklian agama besar
di dunia yang datang sebelumnya diturunkan dan diwahyukan oleh Allah.
Kedua,
posisi Islam di antara agama-agama besar di dunia dapat pula dilihat dari ciri
khas agama Islam yang memberinya kedudukan istimewa diantara sekalian agama.
Selain menjadi agama yang terakhir dan yang meliput semuanya, Islam adalah
pernyataaan kehendak Ilahiyang sempurna.
Ketiga,
posisi Islam diantara agama-agama lainya dapat dilihat dari peran yang
dimainkannya. Dalam hubungan ini agama Islam memiliki tugas besar, yaitu (1),
mendatangkan perdamaian dunia dengan membentuk persaudaraan diantara sekalian
agama di dunia dan (2), menghimpun segala kebenaran yang termuat dalam agama
yang telah ada sebelumnya (3), memperbaiki kesalahan-kesalahan yang diperbuat
oleh para penganur agama sebelumnya yang kemudian dimasukkan ke dalam agamanya
itu, (4), mengerjakan kebenaran abadi yang sebelumnya tak pernah diajarkan,
berhubung keadaan bangsa atau umat pada waktu itu masih dalam tarap permulaan
dari tingkat perkembangan mereka dan yang terakhir ialah memenuhi segala
kebutuhan moral dan rohani bagi umat manusia yang selalu bergerak maju.
Keempat,
posisi Islam di antara agama-agama lain dapat pula dilihat dari adanya unsur
pembaruan didalamnya.
Kelima,
Posisi agama Islam terhadap agama-agama lainnya dapat dilihat dari dua sifat
yang yang dimiliki oleh ajaran Islam, yaitu akomodatif dan persuasif.
Keenam,
hubungan Islam dengan agama lain dapat dilihat pada ajaran moral atau akhlak
yang mulia yang ada didalamnya.
Dalam
agama hindu terdapat ajaran pengendalian tentang kesenangan. Ajaran ini
menanggap bahwa keinginan terhadap kesenangan merupakan hal yang bersifat
alamiah, sesuai kodrat manusia.
Ajaran
tentang pengendalian diri dari memperturutkan hawa nafsu yang berakibat pada
terjadinya tindakan kejahatan ini dapat pula dijumpai pada agama Budha. Ajaran
tentang pengendalian diri dapat juga dijumpai dalam ajaran Yahudi yang dibawa
Nabi Musa.
Selanjutnya
agama kristen dijumpai pula ajaran tentang berbuat baik yang bertolak pada
pengendalian diri. Dalam kitab perjanjian lama terdapat kata-kata yang diulang
oleh Yesus. Kata-kata tersebut antara lain berbunyi: “cintailah sesama manusia
seperti anda mencintai diri anda sendiri. Lakukanlah terhadap orang lain apa
yang anda ingin lakukan terhadap diri anda sendiri. Datanglah kepada-Ku,kamu
semua yang letih dan berbeban berat dan aku akan menyegarkan kamu.
Ajaran
tentang pengendalian hawa nafsu keduniaan (hedonisme) yang diikuti oleh
keharusan melakukan perbuatan yang baik bagi kemanusiaan dalam makhluk lainnya
dapat dijumpai pula ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah.
Al-Qur’an
mengingatkan kepada penganutnya agar jangan memperturutkan hawa nafsu,karena
mereka mengikuti hawa nafsu akan mudah terjerumus kedalam kehidupan yang
menyengsarakan. Allah Swt berfirman :
ö@è% ÎoTÎ) àMÍkçX ÷br& yç6ôãr& úïÏ%©!$# tbqããôs? `ÏB Èbrß «!$# 4 @è% Hw ßìÎ7¨?r& öNà2uä!#uq÷dr& ôs% àMù=n=|Ê #]Î) !$tBur O$tRr& ÆÏB tûïÏtFôgãKø9$# ÇÎÏÈ
Artinya : “Katakanlah: "Sesungguhnya aku dilarang menyembah
tuhan-tuhan yang kamu sembah selain Allah". Katakanlah: "Aku tidak
akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan
tidaklah (pula) aku Termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk".(Al-An’am,6:56)
z`Îiã Ĩ$¨Z=Ï9 =ãm ÏNºuqyg¤±9$# ÆÏB Ïä!$|¡ÏiY9$# tûüÏZt6ø9$#ur ÎÏÜ»oYs)ø9$#ur ÍotsÜZs)ßJø9$# ÆÏB É=yd©%!$# ÏpÒÏÿø9$#ur È@øyø9$#ur ÏptB§q|¡ßJø9$# ÉO»yè÷RF{$#ur Ï^öysø9$#ur 3 Ï9ºs ßì»tFtB Ío4quysø9$# $u÷R9$# ( ª!$#ur ¼çnyYÏã ÚÆó¡ãm É>$t«yJø9$# ÇÊÍÈ
Artinya : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan
kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang
banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga).”( Ali-Imran, 3:14)
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù 9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( wur [Ys? y7t7ÅÁtR ÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJ2 z`|¡ômr& ª!$# øs9Î) ( wur Æ÷ö7s? y$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# w =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ
Artinya :”Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.” (Al-Qashas,28:77)
@ä. <§øÿtR èps)ͬ!#s ÏNöqpRùQ$# 3 $yJ¯RÎ)ur cöq©ùuqè? öNà2uqã_é& tPöqt ÏpyJ»uÉ)ø9$# ( `yJsù yyÌômã Ç`tã Í$¨Y9$# @Åz÷é&ur sp¨Yyfø9$# ôs)sù y$sù 3 $tBur äo4quyÛø9$# !$u÷R$!$# wÎ) ßì»tFtB Írãäóø9$# ÇÊÑÎÈ
Artinya :“tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan
Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah
beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan.” (Ali-Imran, 3:185)
Didalam
agama Hindu, terdapat kitab
Manavadharmasastra. Pada bab IX halaman 33 kita tersebut dinyatakan bahwa
perempuan menurut Smriti adalah sebagai tanah, laki-laki dinyatakan sebagai
benih. Hasil terjadinya jasad badaniah yang hidup terjadi karena melalui
hubungan antara tanah dan benih.
Posisi
wanita yang diumpamakan seperti tanah ladang sebagaimana tersebut diatas
sejalan dengan yang digambarkan Allah didalam Al-Qur’an :
öNä.ät!$|¡ÎS Ó^öym öNä3©9 (#qè?ù'sù öNä3rOöym 4¯Tr& ÷Läê÷¥Ï© ( (#qãBÏds%ur ö/ä3Å¡àÿRL{ 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# (#þqßJn=ôã$#ur Nà6¯Rr& çnqà)»n=B 3 ÌÏe±o0ur úüÏZÏB÷sßJø9$# ÇËËÌÈ
Artinya : ”isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu
bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja
kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah
kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah
kabar gembira orang-orang yang beriman.” (Al-Baqarah,2:223)
Perumpamaan yang akan agama Hindu dan agama Islam tentang wanita
sebagai tanah tempat bercocok tanam, ternyata juga sejalan dengan temuan yang
terdapat dalam bidang medis.
Selanjutnya dalam agama Budha menempatkan kedudukan seorang isteri
dalam keluarga tidak sebagai pendamping atau sebagai nomor dua dalam keluarga
sebagaimana pandangan umumnya. Agama budha menempatkan peran dan kedudukan yang
sama bahwa seorang isteri berperan cukup besar dalam menyukseskan suaminya.
Sukses suami merupak sukses seluruh keluarga.
BAB
9
METODOLOGI
PEMAHAMAN ISLAM
A. Kegunaan
Metodologi
Sejak kedatangan Islam pada abad
ke-13M. Hingga saat ini, fenomena pemahaman ke-Islaman umat Islam Indonesia
masih ditandai oleh keadaan amat variatif. Kondisi pemahaman ke-Islaman serupa
ini barangkali terjadi pula di berbagai negara lainnya.dilihat dari paradigma
teologi
Pada tahap berikutnya, pernah pula
yang menjadi primadona masyarakat adalah ilmu kalam, sehingga tiap masalah yang
dihadapinya selalu
B. Studi
Islam
Dikalangan
para ahli masih terdapat perbedaan disekitar permasalahan apakah studi islam
(agama) dapat dimasukkan ke dalam bidang ilmu pengetahuan, mengingat sifat dan
karakteristik antara ilme pengetahuan dan agama berbeda.
Dengan
demikian secara sederhana dapat dekemukakan jawabannya bahwa dilihat dari segi normatif
sebagaimana yang terdapat di dalam Alquran dan hadis, maka Islam lebih
merupakan agama yang tidak dapat diberlakukan kepadanya pradigma ilmu
pengetahuan, yaitu pradigma analisistis, kritis, metodologis, historis, dan
empiris. Sebagai agama, Islam lebih bersifat memihak romantis, apologis, dan
subjektif. sedangkan jika dilihat dari segi historisnya yakni islam dalam arti
yang dipraktikkan oleh manusia serta tumbuh dan berkembang dalam sejarah
kehidupan manusia, maka Islam dapat dikatakan sebagai sebuah disiplin ilmu,
yakni ilmu keislaman atai Islam Studies
Perbedaan
dalam melihat Islam yag demikian itu dapat menimbulkan perbedaan dalam
menjelaskan Islam itu sendiri. Ketika islam dilihat dari sudur normatif, Islam
merupakan agama yang di dalamnya berisi ajaran Tuhan dengan urusan akidah dan
muamalah sedangkan ketika Islam dilihat dari sudut historis atau sebagaimana
yang tampak dalam Islam tampil sebagai sebuah disiplin ilmu (Islamic Studies).
C. METODE
MEMAHAMI ISLAM
Dalam
buku herjudul Tentang Sosiologi Islam, karya Ali Syari'ati, dijumpai uraian
singkat mengenai metode memahami yang pada intinya Islam harus dilihat dari
berbagai dimensi. Dalam hubungan ini, ia mengatakan jika kita meninjau Islam
dari satu sudut pandangan saja, maka yang akan terlihat ha-nya satu dimensi
saja dari gejalanya yang bersegi banyak. Mungkin kita berhasil melihatnya
secara tepat, namun tidak cukup bila kita ingin memahaminya secara keseluruhan.
Buktinya ialah Alquran sendiri.
Kitab
ini memiliki banyak dimensi; sebagiannya telah dipelajari oleh sarjana-sarjana
besar sepanjang sejarah. Satu dimensi, misalnya, mengandung aspek-aspek
linguistik dan sastra Alquran. Para sarjana sastra telah mempelajarinya secara
terperinci. Dimensi lain terdiri atas tema-tema filosofis dan keimanan Alquran
yang menjadi bahan pemikiran hagi para filosof serta para teolog hari ini.
Dimensi alquran lainnya lagi yang belum dikenal ialah dimensi manusiawinya,
yang mengandung persoalan historis, sosiofogis, dan psikologis. Dimensi ini
belum banyak dikenal, karena sosiologi, psikologi ilmu-ilmu manusia memang jauh
lebih muda dibandingkan ilmu-ilmu alam. Apalagi ilmu sejarah yang merupakan
ilmu termuda di dunia. Namun yang dimaksudkan dengan ilmu sejarah di sini
tidaklah identik dengan data historis ataupun buku-buku sejarah yang tergolong
dalam buku-buku tertua yang pernah ada. Untuk memahami islam secara benar ini,
Nasruddin Razak mengajukan empat cara. :
Pertama,
Islam harus dipelajari dari sumbernya yang asli, yaitu Alquran dan Al-Sunnah
Rasulullah.
Kedua,
Islam harus dipelajari secara integral, tidak dengan cara parsial, artinya
dipelajari secara menyeluruh sebagai satu kesatuan yang bulat tidak secara.
sebagian saja.
Ketiga,
Islam perlu dipelajar dari kepustakaan yang ditulis oleh para ulama besar.
Keempat,
Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan normatif teologis yang ada dalam
Alquran, baru kemudia dihubungkan dengan kenyataan historis, empiris, dan
sosiologis yang ada di masyarakat.
Dengan
cara demikian dapat diketahui tingkat kesesuaian atau kesenjangan antara Islam
yang berada pada dataran normatif teologis yang ada dalam Alquran dengan Islam
yang ada pada dataran historis, sosiologis, dan empiris
Memahami
Islam dengan cara keempat sebagaimana disebutkan di atas, akhir-akhir ini
sangat diperlukan dalam upaya menjunjukkan peran sosial dan kemanusiaan dari
ajaran Islam itu sendiri.
Selain itu, Mukti Ali juga
mengajukan pendapat tentang metode memahami Islam sebagaimana dikemukakan Ali
Syari’ati yang menekankan pentingnya melihat islam secara menyeluruh
sebagaimana disebutkan diatas. Dalam hubungan ini Mukti Ali mengatakan, apabila
kita melihat islam hanya dari satu segi saja, maka kita hanya akan melihat satu
dimensi dari fenomena-fenomena yang multifaset, sekalipun kita melihatnya itu
betul.
Metode
untuk memahami Islam yang diajuka Mukti Ali adalah metode tipologi. Metode ini
banyak dipakai ahli sosiologi dianggap objektif berisi klasifikasi topik dan
tema yang mempunyai tipe yang sama.
Selanjutnya
untuk memahami islam dapat dilakukan dengan memahami kitab suci Al-Qur’an.
Metode berikutnya dalam memahami islam dengan mempelajari pribadi Muhammad bin
Abdullah. Mengetahui dan memahami Nabi Muhammad Saw.
Metode
selanjutnya untuk memahami islam adalah dengan meneliti suasana dan situasi
dimana Nabi Muhammad bangkit. Misalnya, apakah ia bangkit sebagai Nabi tanpa
tindakan-tindakan pendahuluan.
Dari
uraian tersebut kita melihat bahwa metode yang dapat digunakan. untuk memahami
Islam secara garis besar ada dua macam. Pertama, metode komparasi, yaitu suatu
cara memahami agama dengan membandingkan seluruh aspek yang ada dalam agama
Islam tersebut dengan agama lainnya, dengar. cara demikian akan dihasilkan
pemahaman Islam yang objektif dan utuh Kedua, metode sintesis, vaitu suatu cara
memahami Islam yang memadukan antara metode ilmiah dengan segala cirinya yang
rasional, objektif, kritis, dan seterusnya dengan metode teologis normatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar