A.
PENGERTIAN
KURIKULUM
Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum)
berasal dari bahasa yunaniyaitu curir yang artinya “pelari” dan curene yang
berarti “tempat berpacu” secara terminologi istilah kurikulum adalah sejumlah
mata pelpelajaran yang harus di tempuh atau diselesaikan oleh peserta didik di
sekolah untuk memperoleh ijazah.
Kurikulum adalah Suatu rencana dan pengaturan yang
mengenai bahan pelpelajaran yang di gunakan sebagai bahan pelajaran kegiatan
belajar mengajar yang merupakan suatu bahan susunan dan kajian pelpelajaran untuk mencapai tujuan
satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka pendidikan nasional. Dapat di simpulkan bahwa
pengertian kurikulum ini adalah jangka waktu siswa untuk mencapai pendidikan
yang harus di tempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah , dalam
hal ini ijazah merupakan suatu bukti bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang
berupa rencana pelpelajaran , sebagai halnya seorang pelari yang menempuh suatu
jarak antara suatu tempat lainya dan akhirnya mencapai finis. Kurikulum ini
dianggap sebagai jembatan yang sangat
penting untuk mencapai titik akhir dari
suatu perjalanan yang di tandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.
Beberapa tafsiran yang di kemukakan oleh
kurikulum berikut ini:
·
Kurikulum memuat
isi dan materi pelpelajaran. Kurikulum adalah sejumlah mata pelpelajaran yang
harus di tempuh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan.
·
Kurikulum
sebagai rencana pembelpelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang
di selesaikan untuk membelajarkan siswa.
·
Kurikulum
sebagai pengalaman belajar. Yaitu kegiatan pembelpelajaran kurikulum yang
kegiatan nya yang tidak terbatas dalam ruang kelas saja melainkan juga mencakup
kegiatan di luar kelas.
B.
PERBEDAAN
KURIKULUM LAMA DAN KURIKULUM BARU
1. Kurikulum
lama berisikan pengalaman –pengalaman
masa lampau, guru mengajarkan berbagai hal yang telah dialami sebelumnya
sedangkan pada masa baru yaitu sebagai persiapan untuk masa depan, pengpelajaran berdasarkan unit atau topik dari
kehidupan masyarakat dengan minat dan kebutuhab para siswa.
2. Kurikulum
lama tidak berdasarkan filsafat pendidikan yang jelas, sulit dipahami,dan tidak
ada kesatuan pendapat antara kalangan guru tentang filsafat yang dianut
tersebut, sedangkan padamasa baru filsafat pendidikan yang jelas yang dapat
diajarkan kedalam rangkaian tindakan yang nyata dalam kehidupan sehara-hari.
3. Kurikulum
lama di kembangkan oleh masing-masing guru secara perorangan ,gurulah yang
menentukan mata pelpelajaran dalam
kurikulum dan pengalaman yang akan di ajarkan dan mereka pula yang menentukan
sumbernya. Sedangkan pada masa baru dikembangkan oleh sekelompok guru secara bersama-sama setiap guru terikat pada konsep yang telah di
susun oleh kelompok atau departemen
tersebut.
C.
HAKIKAT
PEMBELPELAJARANNYA DAN MUTUNYA
Dalam proses pengpelajaran memegang peranan yang
penting. Mengajara adalah proses membimbing kegiatan pembelpelajaran yang
bermakana pada kegiatan siswa. Oleh karena itu hal yang sangat penting bagi
setiap guru memahami proses belajar
siswa agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar
yang tepat dan serasi bagi siswa.
1. Pengertian pembelpelajaran
a. Pembelpelajaran
yang populer
Belajar adalah merupakan suatu
proses, kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat akan tetapi lebih luas dari
pada itu, yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu pengusahaan hasil latihan,
melainkan perubahan kelakuan.
v Dari
pengertian tersebut dapat di simpulkan
bahwa:
a. Situasi
belajar harus bertujuan itu di terima
baik oleh masyarakat.
b. Tujuan
dan maksud belajar timbul dari kehidupan ank sendiri.
c. Didalam
mencapai tujuan itu siswa akan senantiasa menemui kesulitan dan situasi yang
tidak menyenangkan.
d. Pola
tingkah laku yang kuat.
e. Mengajarkan
pelpelajaran yang sebenarnya dan mengerjakan apa yang telah di pelajari.
f. Kegiatan
dan hasil belajar di satukan dalam situasi belajar.
g. Siswa
diarahkan dan di bantu pada orang-orang di sekitarnya.
v Prinsip-prinsip
perubahan tingkah laku adalah:
a. Tingkah
laku di motivasi, seseorang yang mau berbuat sesuatu karena adanya tujuan yang
ingin ia capai yang di mulai dari organisme yang bermotivasi dan timbullah
berkat kebutuhan pada organisme.
b. Tingkah
laku yang bermotivasi adalah tingkah laku yang terarah pada tujuan. Motivasi
ada dua aspek yaitu, adanya keadaan tegang atau ketak puasan dalam diri
seseorang. Dan kesadaran tercapai pada tujuan yang akan menguangi ketegangan
dan pemuasan kebutuhan seseorang.
c. Tujuan
yang di capai oleh seseorang mempengaruhi tingkah lakunya dalam upayanya
mencapai tujuan tersebut. Ialah tingkah laku yang bersifat selektif dan
regulatif, yaitu seseorang yang memiliki perbuatan yang hanya mengacu kearah
pencapaian tujuan yang dapat memuaskan kebutuhannya.
d. Lingkungan
penyediaan kesempatan untuk bertingkah laku tertentu dan membatasi tingkah laku
seseorang. Berarti lingkungan sebagai situasi dalam satu sisi yang dapat
memuaskan kebutuhan, di sisi lain dapat membatasi pemuasan kebutuhan dengan
cara tertentu.
e. Tingkah
laku di tentukan oleh kapasita dalam diri organisme seseoarang. Berupa
intelegensi dan abilitas sesuai dengan tingkat perkembangannya yang mampu
melakukan suatu perbutan sesuai dengan tingkat kapasitasnya sendiri.
2. Pendekatan Mata Pelpelajaran
Pendekatan mata
pelpelajaran seperti ilmu bumi, sejarah, ekonomi, biologi,kimia, alam,
menyanyi, menggambar dan sebagainya. Masing-masing mata pelpelajaran berdiri
sendiri sebagai satuan disiplin ilmu, yang tersimpan di dalamnya kotak-kotak
mata pelpelajaran dan terlepas satu sama lain.
Dalam pendekatan
mata pelpelajaran ini terdapat sistem pembagian tanggung jawab diantara
masing-masing guru mata pelpelajaran, misalnya guru biologi yang hanya
mengajarkan bilogi saja. Seorang guru bertanggung jawaw untuk mengajarkan
sejumlah mata pelpelajaran , namun guru tersebut hanya mengajarkan secara
terpisah dan tidak dikolerasikan satu dengan yang lainnya. Jadi jenis pendekatan
ini adalah yang mengembangkan pengembangan kurikulum mata pelpelajaran ( subject curriculum atau isolated
curiculum)
3. Pendekatan
interdisipliner
Pendekatan ini terdiri dari tiga
jenis pendekatan yaitu:
a. Pendekatan
struktural, merupakan suatu disiplin ilmu, contoh ilmu
sejarah, ilmu bumi dan sebagainya. Berdasarkan disiplin itu suatu topik
disiplin ilmu bumi maka di pelajarilah berbagai disiplin lainya , misalnya
sejarah, politik dan antropologi.
Disipiln yang mempelajari tersebut
berada dalam suatu pendidikan studi yang sama, dalam hal ini ilmu
pengetahuan sosial.
b. Pendekatan
fungsional, bertitik dari suatu masalah tertentu dalam
masyarakat atau lingkungansekolah.maslah yang akan di pelajari adalah maslah
yang berfungsi dan makna bagi kehidupan manusia. Berdasarkan masalah tersebut
yang di pelajari aspek-aspek dari berbagai disiplin yang berada dalam suati
bidang studi yang sama, yang sedang dipelajari, contohnya, kita ambil maslah
tentang air, maslah ini akan di pelajari aspek kimia, biologi atau fisiologi,
ilmu alam dan lainnya yang terkait dengan masalah air tersebut.
c. Pendekatan
daerah,pemilihan suatu daerah tertentu sebagai sabjek pelpelajaran,
kemudian akan di pelajari aspek bioggrafi, ekonomi, antropologi, adat istiadat,
bahasa, dan sebagainya. Aspek yang akan dipelajari tentu merupakan hal yang relevan dengan
daerah tersebut dan berada di dalam bidang studi yang sama. Misalnya dalam pengpelajaran
IPS dapat di pilih daerah bali, kemudian di buat perencanaan berbagai aspek
seperti geografi daerah bali, bahasa penduduk. Pendekatan ini akan di
kembangkan dalam pembinaan
kurikulum di sekolah kita dalam bentuk
kurikulum berkorelansi yang menekankan pada bidang studi seperti yang kita
kenal dalam kurikulum tahun 1975.
4. Pedekatan
integratif
Pendekatan ini
di kenal dengan pendekatan terpadu, yang bertolak dari suatu keseluruhan atau
kesatuan yang bermakna dan terstruktur. Bermakna mempunyai arti setiap
keseluruhan yang memiliki makna, arti, dan faedah tertentu. Oleh karena itu
kurikulum harus harus di susun sedemikian rupa sehingga mampu mengembangkan
pribadi yang utuh dalam masyarakat yang berkembng.
Mata pelpelajaran hanyalah sebagai
faktor yang mempengaruhi perkembangan anak di samping itu faktar yang
mempengaruhi perkembangan anak seperti bangunan, fasilitas, tukang kebun,
gambar dan lainya.
5. Pendekatan
sistem
Sistem adalah
suatu totalitas yang terdiri sejumlah
komponen yang merupakan sebuah subsistem dari suatu sistem. Pendekatan sistem
digunakan sebagai suatu sistem berfikir, bahkan pendekatan ini berkembang dalam
upaya pembaharuan pendidikan. Langkah yang digunakan adalah proses perumusan
masalah atau hasil-hasil yang di inginkan, melalui paper analisis atau eksperimen. Da pendidikan dan kurikulum uraian diatas dapt di jelaskan bahwa dalam
penyusunan suatu program pendidikan dan kurikulum yang penting untuk di
tentukan jenis pendekatan yang
digunakan.
v Mutunya
untuk mempelajari kurikulum PAI
Untuk meningkatkan mutu pendidikan agama islam melalui kerja sama
antar sekolah dengan pendidikan keagamaan di masyarakat bisa dilahat dari sudat
pandang situasi yang ditunjukkan oleh tiga hal yaitu:
1. Remaja,
nongkrong, dianggap masalah ketika nongkrong itu dilakukan misalnya, disore
hari setelah magrib sampai jam 10 malam. Untuk bisa memperoleh pelpelajaran yang
mereka telah pelajari di sekolah, harus di pelajari terlebih dahulu di rumah.
Penyebab remaja ini nongkrong adalah karena mereka butuh wahana untuk
bersosialisasi , bergaul, menggabungkan diri dengan teman-temannya karna mereka
sedang mencari identitas diri mereka. Merka masih beruntung bila nilai yang
berkembang di kelompok adalah nilai-nilai positif.
2. Pendidikan
keagamaan kurang di minati oleh kalangan remaja, termasuk yang berstatus
sebagai siswa. Penyebabnya adalah karena pendidikan keagamaan sudah tidak memenuhi harapan dan kebutuhan
mereka.
3. Kecendrungan
menurunnya akhlak alkarimah sebenarnya
merupakan salah satu akibat dari dua gejala diatas.
D.
PERMASALAHAN
KURIKULUM YANG DIMILIKI INDONESIA
Dalam proses pengembangan kurikulum , banyak sekali masalah
yang di hadapi yang memerlukan pertimbangan dan pemecahan sendiri masalah
tersebut di sebabkan oleh berbagai kondisi yang ada, yang sesuai dengan
tuntunan dan prinsip kebutuhan yang perlu di penuhi.
A. Masalah
umum
Dalam masalah umum dapat di
kelompokkan menjadi delapan kelompok yaitu:
a. Bidang
cakupan (scope)
Bidang cakupan dapat di defenisikan sebagai luas
kurikulum yang didalam nya mencakup
berbagai topik, pengalaman belajar, aktivitas, pengerganisasian serta elemen
tersebut.
Untuk
menentukan scope pengembangan kurikulum dihadapkan pada sejumlah permasalahan
berikut:
1. Pengorganisasian
berbagai elemen dan hubungan antar elemen tersebut. Menurut J.i. goodlad scope
merupakan hal-hal yang pokok yang harus dipelajari siswa di sekolah.
2. Pesatnya
perkembangan IPTEK
Dikarenakan karna ilmu pengetahuan
dan teknologi cendrung terus berkembang
dan meningkat sedemikian pesatnya
yang berkaitan dengan masalah ini. A. J. Lewis (oliva, 1992) mengatakan
bahwa: ketika anak yang dilahirkan saat itu menamatkan kuliah , maka dunia
informasi yang akan di hadapi nanti sudah berkembang empat kali lipat, ketika
anak itu berumur 50thn menjadi berkembang 32 kali lipat. Padahal 97 persen
pengetahuan yang ada di dunia ini di peroleh anak semenjak lahir. Ini merupakan
masalah tersendiri yang di hadapi para pengembang kurikulum dalam penentuan scope kurikulum yang akan di
kembangkan.
3. Penentuan
prosedur tujuan. Menyangkut lima tahapan yaitu:
a. Penetapan
tujuan yang inklusif
b. Tujuan
umum yang harus di rumuskan kedalam sejumlah pertanyaan umum yang lebih kecil.
c. Masing-masing
tujuan mata pelpelajaran atau bidang studi harus diuraikan dalam tujuan pembelpelajaran umum , selanjutnya di
jabarkan menjadi tujuan pembelpelajaran khusus
dengan ketentuan pernyataan tersebut dapat diukur.
4. Pengambilan
keputusan
Maslah yang di hadapi dalam penentuan scope
kurikulum adalah pengambilan keputusan
sebagai cakupan sebuah kurikulum.
b. Relevansi
Merupakan
masalah yang cukup ensesial dan harus
mendapatkan perhatian dalam pengembangan kurikulum. Pengertian relevansi memang
mengandung dan mengundang banyak penafsiran
di karenakan kata relevansi itu harus dikaitkan dengan masalah dunia
kerja (vocation), kependudukan, hubungan antar pribadi dan aktivitas lainnya
yang menyangkut budaya, sosial, politik dan sebagainya. Relevansi berkembang
menurut kegunaan suatu kurikulum bagi orang dan masyarakat bangsa.
c. Keseimbangan
Oliva menunjukkan beberapa variabel yang
dipertimbangkan seperti:
·
Kurikulum yang
bersifat pada siswa.
·
Kebutuhan siswa
dan masyarakat
·
Pendidikan umum
dan khusus
·
Luas dan
dalamnya kurikulum
·
Pendidikan
individual dan masyarakat
·
Kebutuhan
akademis yang di harapkan
·
Metode,
pengalaman, dan strategi
·
Tujuan-tujuan
kelembagaan
d. Integritas
Pengintegritasan berarti memadukan, menggabungkan,
dan menyatukan antar disiplin ilmu. Pengintegritasan ini bersifat optional (pilihan) dan kadang-kadang kontroversial.
e. Sekuens
(sequence)
Susunan atau urutan pengelompokkan kegiatan yang
dilakukan dalam perencanaan kurikulum. Berikut langkah-langkahnya :
·
Mulai dari yang
sederhana menuju yang kompleks
·
Menurut alur
kronologis
·
Balikan dari
alur kronologis
·
Mulai dari
keadaan geoggrafis sampai ke yang jauh
·
Dari jauh menuju
dekat
·
Dari umum ke
khusus
·
Dan dari kusus
ke umum.
f. Kontinuitas
Merupakan pengulangan terencana tentang isi (content)
untuk mencapaikeberhasilan. Prinsip ini menyerupai dengan pengenalan konsep,
ketrampilan dan pengetahuan secara berulang.
g. Artikulasi
Pertautan antara kelompok elemen atau unsur lintas tingkatan sekolah.
Contoh: SD dan SLTP. SLTP dan SMA, SMA Dan perguruan tinggi. Yang tak lepas dalam dimensi sekuens
seperti halnya kontinuitas.
h. Kemampuan
transfer (trasferability)
Proses
pertransveran nilai yang di pelajari di sekolah harus dapat diaplikasikan di
luar sekolah saat siswa sudah menamatkan sekolahnya. Prinsip-prinsip umum dari transfer yaitu:
·
Trasfer
merupakan hati nurani pendidikan
·
Memungkinkan
untuk dilakukan
·
Proses trasfer
di mulai dari situasi yang lebih dekat
·
Secara umum
dapat dikatakan bahwa siswa memperoleh
pengetahuan bagi dirinya trasfer tersebut
telah berhasil.
B. Masalah
khusus
Beberapa masalah yang perlu dipahami secara seksama.
1. Masalah
yang berhubungan dengan tujuan dan hasil-hasil kurikulum yang di peroleh oleh
sekolah seperti:
a. untuk siapa kurikulum itu di sediakan
b. Apakah
kurikulum tersebut bermaksud
mendidik siswa agar mampu mengendalikan
diri
c. Apkah
kurikulum bermaksud mempersiapkan siwa bagi masa depan.
d. Apakah
kurikulum di kaitkan dengan usaha pencapaian tujuan pendidikan dan
e. Apakah
tujuan tersebut di perbaiki guna mencapai hasil pendidikan yang lebih baik.
2. Masalah
yang berhubungan dengan isi dan organisasi kurikulum terdiri atas:
a. Ukuran
yang di gunakan dalam memilih bahan dan pengalaman kurikuler
b. Kurikulum
disusun berdasarkan mata pelpelajaran
c. Perbedaan
yang terdapat dalam kurikulum
d. Jenis-jenis
kegiatan dalam kurikuler
e. Berbagai
pelpelajaran yang di gunakan dalam penaikan kelas
3. Masalah
yang berhubungan dengan proses penyusunan dan revisi kurikulum
a. Cara
pengadaan artikulasi dab korelasi
b. Awal
penyusunan kurikulum
c. Sumber-
sumber informasi yang di manfaatkan untuk menyusun kurikulum
d. Pihak
yang memberikan latihan dalam pengelolaan kurikulum
e. Cara
perbaikan dan prosepenyusunan kurikulum
C. masalah dalam pendidkan
agama islam
Indonesia merupakan negara yang
mayoritas Islam. Akan tetapi dalam hal pendidikan, pendidikan islam tidak
menjadi mayoritas dalam kedudukan pendidikan nasional. Sudah menjadi rahasia
publik bahwa pendidikan Islam di pandang selalu berada pada posisi deretan
kedua atau posisi marginal dalam system pendidikan nasional. Padahal,
pendidikan apa pun itu, Baik pendidikan nasional ataupun pendidikan Islam, pada
hakekat nya pendidikan adalah mengembangkan harkat dan martabat manusia,
memanusiakan manusia agar benar-benar mampu menjadi khalifah
Suatu Permasalahan dapat muncul dari elemen-elemen
intern maupun ekstern yang ada di sekitar badan itu sendiri. Begitu juga dalam
pendidikan, bahwa problem-problem itu berakar dari penyebab eksternal dan
penyebab internal Problem internal hingga ekternal pun hadir di tengah-tengah
pendidikan Islam. Mulai dari permasalahan internal dalam hal managemen hingga
persoalan ekternal seperti politik dan ekonomi menambah sederet daftar problem
yang mestinya ditindak lanjuti.
E.
TUJUAN KURIKULUM
Satuan
pendidikan harus mengacu kearah pencapaian pendidikan nasional yang telah di
tetapkan dalam undang-undang no. 2 tahun1998 tentang sisten pendidikan nasional.
Kurikulum merupakan suatu alat pendidikan dalam rangka pengembangan sumber daya
manusia yang berkualitas untuk mengalami proses pendidikan dan pembelpelajaran
untuk mencapai target tujuan pendidikan nasional kususnya dan sumber daya
manusia berkualitas umum.
Tujuan
mata pelajaran dikelompokkan menjadi beberapa bidang studi yaitu:
1. Bidang studi bahasa seni
2. Bidang studi ilmu pengetahuan sosial
3. Ilmu pengetahuan alam
4. Pendidikan jasmani dan kesehatan.
Setiap
mata pelajaran mempunyai tujuan sendiri dan berbeda dengan tujuan yang hendak
di capai oleh mata pelpelajaran lainnya. Tujuan nya untuk penjabaran dari
tujuan kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Contohnya:
a. Menanamkan,
memupuk, dan mengembangkan pengetahuan yang praktis
b. Mengembangkan
kemampuan berfikir logis dalam pola berpikir abstrak yang di hadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan
kemampuan untuk hemat dan pandai menghargai waktu
d. Dan
mengembangkan sikap gotong royong, jujur, serta percaya kepada diri sendiri.
BAB
III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Dari beberapa uaraian di atas dapat ditarik beberapa simpulan, antara lain:
1)
Problem-problem pendidikan islam berakar dari penyebab eksternal dan penyebab
internal.
Adapun
faktor-faktor internal dalam pendidikan Islam,yaitu :
Pertama, meliputi manajemen pendidikan Islam
yang terletak pada ketidak jelasan tujuan yang hendak di capai.
Kedua, faktor kompensasi profesional guru
yang masih sangat rendah.
Ketiga, faktor pemimpin sekolah yang lemah
dalam komunikasi dan negosiasi.
Selain faktor
internal terdapat pula faktor-faktor eksternal yang dihadapi pendidikan Islam,
meliputi :
Pertama, adanya perlakuan diskriminatif
pemerintah terhadap pendidikan Islam.
Kedua, dapat dikatakan bahwa paradigma
birokrasi tentang pendidikan Islam selama ini lebih didominasi oleh pendekatan
sektoral dan bukan pendekatan fungsional.
Ketiga ,dapat di katakan bahwa paradigm
masyarakat terhadap lembaga pendidikan islam masih sebelah mata.
2)
Menurut Center for Moderate Muslim Indonesia, setidaknya ada tiga tantangan
pokok yang dihadapi pendidikan Islam di Indonesia dalam menelusuri arus global
yaitu:
A.
Konformisme kurikulum dan sumber daya manusia
B.
Perubahan Sosial Politik
C.
Perubahan orientasi.
3)
Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang
dapat diberikan yaitu:
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan
mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan
Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang
menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidika
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Sofan, dan
Ahmadi, Iif Khoiru, Konstruksi Pengembangan Pembelajaran; Pengaruhnya Terhadap
Mekanisme dan Praktik Kurikulum, (Jakarta : PT. Prestasi Pustaka Publisher,
2010).
Ahmad, Dkk,
Pengembangan Kurikulum, (Bandung : PT. Pustaka Setia, 1998).
E. Mulyasa,
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006).
Hamalik, Oemar ,
Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007).
Prof. Dr. Muhaimin, M.A. 2009. Rekonstruksi
Pendidikan Islam; Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar