Social Icons

Jumat, 21 Maret 2014

Sejarah Tasawuf


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ilmu tasawuf yang merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat kontroversi dikalangan para ahli sufi, dikarenakan di dalamnya mengandung berbagai permasalahan yang menyangkut dengan aqidah dan keimanan seseorang.
Dalam sejarah perkembangannya, para ahli membagi tasawuf menjadi dua, yaitu tasawuf yang mengarah pada teori-teori perilaku dan tasawuf yang mengarah pada teori-teori yang rumit dan memerlukan pemahaman mendalam.
Pada perkembangannya, tasawuf yang berorientasi ke arah pertama sering disebut sebagai tasawuf akhlaqi. Ada yang menyebutnya sebagai tasawuf yang banyak dikembangkan oleh kaum salaf. Adapun tasawuf yang berorientasi ke arah kedua disebut sebagai tasawuf falsafi. Tasawuf ini banyak dikembangkan para sufi yang berlatar belakang sebagai filosof di samping sebagai sufi.
B.   Rumusan Masalah
  Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan maka dapat dibuat perumusan masalah sebagai berikut:
A.    Bagaimana sejarah perkembangan Tasawuf Salafi(akhlaki)?
B.     Bagaimana sejarah perkembangan Tasawuf Falsafi?
C.     Bagaimana sejarah perkembangan Tasawuf Syi’i?
BAB II
PEMBAHASAN
Perkembangan Tasawuf : Salafi (Akh Laqi), Falsafi dan Syi’i
Para Ilmuwan dan peneliti tasawuf, membagi tasawuf menjadi dua bagian yaitu : Tasawuf Akhlaqi dan Tasawuf Falsafi.
Tasawuf Akhlaqi adalah tasawuf yang didasarkan pada gabungan teori-teori prilaku, akhlak atau budi pekerti.[1] Tasawuf ini lebih menekankan pada proses moral dalam beribadah dan berprilaku, tidak banyak mengeluarkan pemikiran-pemikiran yang filosofis, tetapi pada tindakan moral yang tidak menyimpang. Tasawuf ini banyak dikembangkan oleh ulama-ulama salaf yang lebih senag menyendiri dan berzikir.
Tasawuf Falsafi adalah tasawuf yang didasarkan pada gabungan teori-teori tasawuf dan filsafat.[2] Para sufi yang terlibat pada aliran tasawuf ini lebih banyak mengeluarkan pemikiran yang berkaitan dengan persatuan antara tuhan dan manusia. Untuk melihat peran para tokoh yang turut mengembangkan kedua tasawuf ini. Berikut akan dikemukakan secara ringkas sejarah perkembangan tasawuf dimulai dari abad pertam Hijriah.[3]
1.      Abad Pertama dan Kedua Hijriah
Pada periode ini, tasawuf telah kelihatan pada bentuknya yang awal. Pada periode ini ada sejumlah orang yang tidak menaruh perhatian pada kehidupan materi, seperti makan, pakaian, dan tempat tinggal. Mereka lebih berkonsentrasi pada kehidupan ibadah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih abadi yaitu akhirat.
Diantara Tokoh-tokoh terkemuka pada periode ini adalah : Salman Al-Farisi, Abu Dzar Al-Ghifari, Ammar bin Yasir, Hudzaifah bin Al-Yaman, dan lain-lain.
2.      Abad Ketiga dan Keempat Hijriah
Jika pada tahap awal, tasawuf masih berupa zuhud dalam pengertian yang sederhana, pada abad ketiga dan keempat hijriah, para sufi mulai memerhatikan sisi-sisi teoritis psikologis dalam rangka perbaikan tingkah laku, sehingga tasawuf telah menjadi sebuah ilmu akhlak keagamaan. Pada periode ini, sebuah ilmu telah berbentuk khusus bagi khalangan kaum sufi, yang  sebelumnya hanya berupa ibadah-ibadah. Pada periode ini, tasawuf mulai berkembang dan para sufi telah menaruh perhatian pada beberapa hal :
a.       Jiwa, yaitu tasawuf yang berisi cara pengobatan jiwa, pengonsentrasian jiwa manusia kepada tuhan sehingga ketegangan-ketegangan kejiwaan dapat terobati.
b.      Akhlak, yaitu tasawuf yang berisi teori-teori akhlak, tentang cara berkhlak mulia dan menghindari akhlak yang buruk.
c.       Metafisika, yaitu tasawuf yang berisi teori-teori ketunggalan hakikat Illahi atau kemutlakan Tuhan.
Diantara tokoh-tokoh saat itu adalah : Ma’ruf Al-Karkhi (w.200H/815M), Surri As-Saqti (w.253H/867M), Abu Sulaiman Ad-Darani (w.715H/830M), Ahmad bi Al-Hawari Ad-Damsyiqi (w.230 H), dan lain –lain.
Jadi, pada periode ini telah terlihat adanya tasawuf dengan kosentrasi Akhlak. Dengan teori-teori yang mudah dipahami, para ulama (mazmumah) dan bagaimana pula membentuk akhlak-akhlak yang terpuji (Mahmudah). Tasawuf seperti inilah yang disebut dengan tasawuf Akhlaqi karena lebih dikosentrasikan pada perbuatan baik manusia atau tasawuf salafi karena diamalkan oleh ulama-ulama salaf (terdahulu) yang tradisional dan normatif.
3.      Abad Kelima Hijriah
Pada periode ini, lahirlah seorang tokoh sufi, Al-Ghazali (450 H-505 H) dengan tulisan-tulisan monumentalnya, seperti Al-Mungiz min Adh-Dhalal,Tahafut Al-Falasifah, dan Ihya ‘Ulum Ad-din. Al-Ghazali mengajukan kritik-kritik tajam terhadap terhadap berbagai aliran filsafat dan teori-teori “ganjil” tersebut, serta mengembalikannya pada ajaran atau bimbingan Al-Qur’an dan As-Sunnah, menancapkan  dasar-dasar yang kokoh bagi tasawuf. Tasawuf inilah yang diberi nama tasawuf sunni,  yang pada dasarnya menjadikan tasawuf lebih dekat dengan tasawuf akhlaqi dengan kecenderungan pada kehidupan zuhud.
4.      Abad Keenam dan Ketujuh Hijriah
Pada periode ini muncul kembali tokoh-tokoh sufi yang memadukan tasawuf dengan filsafat dengan teori-teori yang tidak murni tasawuf dan tidak murni filsafat. Kedua-duanya terpadu menjadi satu. Tasawuf ini kemudian dinamai tasawuf falsafi. Diantara tokoh-tokoh terkemukanya  adalah As-Suhrawardi (w. 587H), Muhyoddin ibn Arabi (w. 638). Umar Ibn-Al-Faridh (w. 632 H), Ibn Sab’in (w.667 H) dan lain-lain.
Dengan lahirnya aliran ini, tasawuf terbagi dua yaitu :
1)      Tasawuf Sunni, yaitu tasawuf yang berwawasan moral atau akhlak yang didasarkan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang dikembangkan oleh Al-Ghazali pada abad kelima Hijriah.
2)      Tasawuf falsafi  yang menggabungkan dengan filsafat dan unsur-unsur mistik lainnya
5.      Abad Kedelapan dan Kesembilan dan Seterusnya
Pada abad kedelapan Hijriah , tasawuf telah mengalami kemunduran. Hal ini diantaranya karena kegiatan orang-orang yang berkecimpung dalam bidang tasawuf sudah terbatas pada komentar-komentar atau meringkas buku-buku tasawuf terdahulu serta memfokuskan perhatian pada aspek-aspek praktik ritual yang lebih berbentuk formalitas sehingga semakin ajuh dari substansi tasawuf.
Pada periode ini, hampir tidak terdengar lagi perkembangan pemikiran baru dalam tasawuf meskipun banyak tokoh sufi mengemukakan pikiran-pikiran mereka tentang tasawuf. Diantaranya adalah  Al-Kisani (w. 739 H) dan Abdul Karim Al-Jilli (w.1417 M). Disamping itu, ada tokoh-tokoh lain pada periode ini, yaitu Ala’adaulah Simnani, Abdul Razzaq Kasyani, Khawajjah Hafiz Syirazi, Mahmud Syabistari, Sayyid Haidar Amuli, Abdul Karim Jilani.
Disamping Tasawuf Sunni, juga dikenal Tasawuf Syi’I atau Syi’ah, khususnya dalam masalah kedekatan manusia dengan Allah. Ibnu Kaldun, sebgaiamana yang dikutip oleh Taftazani melihat kedekatan tasawfu dalsafi  dengan sekte Isma’ili dari Syi’ah. Sekte Isma’ili memiliki pandangan terjadinya hulul atau ketuhanan imam-imam mereka. Menurutnya, kedua kelompok ini memiliki kesamaan, khususnya dalam persoa’alan Quthb dan Abdal. Bagi para filsuf, Quthb  adalah puncaknya orang-orang ‘arifin, sedangkan abdal adalah perwakilan

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tasawuf Akhlaqi adalah tasawuf yang didasarkan pada gabungan teori-teori prilaku, akhlak atau budi pekerti. Tasawuf ini lebih menekankan pada proses moral dalam beribadah dan berprilaku, tidak banyak mengeluarkan pemikiran-pemikiran yang filosofis, tetapi pada tindakan moral yang tidak menyimpang. Tasawuf ini banyak dikembangkan oleh ulama-ulama salaf yang lebih senag menyendiri dan berzikir.
Tasawuf Falsafi adalah tasawuf yang didasarkan pada gabungan teori-teori tasawuf dan filsafat. Para sufi yang terlibat pada aliran tasawuf ini lebih banyak mengeluarkan pemikiran yang berkaitan dengan persatuan antara tuhan dan manusia. Untuk melihat peran para tokoh yang turut mengembangkan kedua tasawuf ini.
B.     Saran
Mungkin hanya ini yang dapat kami sampaikan, meskipun penulisannya kurang sempurna, minimal kami telah dapat menyelesaikan makalah ini.karena kami manusia yang tepatnya tak luput dari kesalahan dan kami juga butuh saran dan kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk kedepannya bagi kami.

DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Hasan Mud’Is, M.Ag “ Filsafat Tasawuf” CV. Bandung. Pustaka Setia. 2010
Drs. A. Rifa’i. Bachrun “ Filsafat Tasawuf” CV. Bandung. Pustaka Setia. 2010


[1] Dr.H. Rozak Abdul. “Filsafat Tasawuf” CV. Pustaka Setia.Bandung .hal. 75
[2] Drs. A. Rifai. Bachrun, M.Ag. “Filsafat Tasawuf’ CV. Pustaka Setia.Bandung .Hal.75
[3] M.Jami, cakrawala tasawuf,sejarah,pemikiran dan kontektualitas, Jakarta ,2004,hlm: 29-33

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates