Social Icons

Selasa, 18 Maret 2014

KURIKULUM PAI, PEMBELPELAJARAN DAN MUTUNYA SERTA PERMASALAHANNYA YANG SELAMA INI INDONESIA MILIKI

A.    PENGERTIAN KURIKULUM
Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa yunaniyaitu curir yang artinya “pelari” dan curene yang berarti “tempat berpacu” secara terminologi istilah kurikulum adalah sejumlah mata pelpelajaran yang harus di tempuh atau diselesaikan oleh peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah.
Kurikulum adalah Suatu rencana dan pengaturan yang mengenai bahan pelpelajaran yang di gunakan sebagai bahan pelajaran kegiatan belajar mengajar yang merupakan suatu bahan susunan  dan kajian pelpelajaran untuk mencapai tujuan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka   pendidikan nasional. Dapat di simpulkan bahwa pengertian kurikulum ini adalah jangka waktu siswa untuk mencapai pendidikan yang harus di tempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah , dalam hal ini ijazah merupakan suatu bukti bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelpelajaran , sebagai halnya seorang pelari yang menempuh suatu jarak antara suatu tempat lainya dan akhirnya mencapai finis. Kurikulum ini dianggap sebagai jembatan  yang sangat penting untuk  mencapai titik akhir dari suatu perjalanan yang di tandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.
Beberapa tafsiran yang di kemukakan oleh kurikulum berikut ini:
·         Kurikulum memuat isi dan materi pelpelajaran. Kurikulum adalah sejumlah mata pelpelajaran yang harus di tempuh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan.
·         Kurikulum sebagai rencana pembelpelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang di selesaikan untuk membelajarkan siswa.
·         Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Yaitu kegiatan pembelpelajaran kurikulum yang kegiatan nya yang tidak terbatas dalam ruang kelas saja melainkan juga mencakup kegiatan di luar kelas.

B.     PERBEDAAN KURIKULUM LAMA DAN KURIKULUM BARU
1.      Kurikulum lama berisikan pengalaman –pengalaman  masa lampau, guru mengajarkan berbagai hal yang telah dialami sebelumnya sedangkan pada masa baru yaitu sebagai persiapan untuk masa depan,  pengpelajaran berdasarkan unit atau topik dari kehidupan masyarakat dengan minat dan kebutuhab para siswa.
2.      Kurikulum lama tidak berdasarkan filsafat pendidikan yang jelas, sulit dipahami,dan tidak ada kesatuan pendapat antara kalangan guru tentang filsafat yang dianut tersebut, sedangkan padamasa baru filsafat pendidikan yang jelas yang dapat diajarkan kedalam rangkaian tindakan yang nyata dalam kehidupan sehara-hari.
3.      Kurikulum lama di kembangkan oleh masing-masing guru secara perorangan ,gurulah yang menentukan  mata pelpelajaran dalam kurikulum dan pengalaman yang akan di ajarkan dan mereka pula yang menentukan sumbernya. Sedangkan pada masa baru dikembangkan oleh sekelompok  guru secara bersama-sama  setiap guru terikat pada konsep yang telah di susun oleh kelompok  atau departemen tersebut.

C.    HAKIKAT PEMBELPELAJARANNYA DAN MUTUNYA
Dalam proses pengpelajaran memegang peranan yang penting. Mengajara adalah proses membimbing kegiatan pembelpelajaran yang bermakana pada kegiatan siswa. Oleh karena itu hal yang sangat penting bagi setiap guru  memahami proses belajar siswa agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa.

1.      Pengertian  pembelpelajaran
a.       Pembelpelajaran yang populer
Belajar adalah merupakan suatu proses, kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat  akan tetapi lebih luas dari pada itu, yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu pengusahaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.
v  Dari pengertian tersebut dapat di simpulkan  bahwa:
a.       Situasi belajar harus bertujuan  itu di terima baik oleh masyarakat.
b.      Tujuan dan maksud belajar timbul dari kehidupan ank sendiri.
c.       Didalam mencapai tujuan itu siswa akan senantiasa menemui kesulitan dan situasi yang tidak menyenangkan.
d.      Pola tingkah laku yang kuat.
e.       Mengajarkan pelpelajaran yang sebenarnya dan mengerjakan apa yang telah di pelajari.
f.       Kegiatan dan hasil belajar di satukan dalam situasi belajar.
g.      Siswa diarahkan dan di bantu pada orang-orang di sekitarnya.
v  Prinsip-prinsip perubahan tingkah laku adalah:
a.       Tingkah laku di motivasi, seseorang yang mau berbuat sesuatu karena adanya tujuan yang ingin ia capai yang di mulai dari organisme yang bermotivasi dan timbullah berkat kebutuhan pada organisme.
b.      Tingkah laku yang bermotivasi adalah tingkah laku yang terarah pada tujuan. Motivasi ada dua aspek yaitu, adanya keadaan tegang atau ketak puasan dalam diri seseorang. Dan kesadaran tercapai pada tujuan yang akan menguangi ketegangan dan pemuasan kebutuhan seseorang.
c.       Tujuan yang di capai oleh seseorang mempengaruhi tingkah lakunya dalam upayanya mencapai tujuan tersebut. Ialah tingkah laku yang bersifat selektif dan regulatif, yaitu seseorang yang memiliki perbuatan yang hanya mengacu kearah pencapaian tujuan yang dapat memuaskan kebutuhannya.
d.      Lingkungan penyediaan kesempatan untuk bertingkah laku tertentu dan membatasi tingkah laku seseorang. Berarti lingkungan sebagai situasi dalam satu sisi yang dapat memuaskan kebutuhan, di sisi lain dapat membatasi pemuasan kebutuhan dengan cara tertentu.
e.       Tingkah laku di tentukan oleh kapasita dalam diri organisme seseoarang. Berupa intelegensi dan abilitas sesuai dengan tingkat perkembangannya yang mampu melakukan suatu perbutan sesuai dengan tingkat kapasitasnya sendiri.
2.      Pendekatan  Mata Pelpelajaran
Pendekatan mata pelpelajaran seperti ilmu bumi, sejarah, ekonomi, biologi,kimia, alam, menyanyi, menggambar dan sebagainya. Masing-masing mata pelpelajaran berdiri sendiri sebagai satuan disiplin ilmu, yang tersimpan di dalamnya kotak-kotak mata pelpelajaran dan terlepas satu sama lain.
Dalam pendekatan mata pelpelajaran ini terdapat sistem pembagian tanggung jawab diantara masing-masing guru mata pelpelajaran, misalnya guru biologi yang hanya mengajarkan bilogi saja. Seorang guru bertanggung jawaw untuk mengajarkan sejumlah mata pelpelajaran , namun guru tersebut hanya mengajarkan secara terpisah dan tidak dikolerasikan satu dengan yang lainnya. Jadi jenis pendekatan ini adalah yang mengembangkan pengembangan kurikulum mata pelpelajaran ( subject curriculum atau isolated curiculum)
3.      Pendekatan interdisipliner
Pendekatan ini terdiri dari tiga jenis pendekatan yaitu:
a.       Pendekatan struktural, merupakan suatu disiplin ilmu, contoh ilmu sejarah, ilmu bumi dan sebagainya. Berdasarkan disiplin itu suatu topik disiplin ilmu bumi maka di pelajarilah berbagai disiplin lainya , misalnya sejarah, politik dan antropologi.  Disipiln yang mempelajari tersebut  berada dalam suatu pendidikan studi yang sama, dalam hal ini ilmu pengetahuan sosial.
b.      Pendekatan fungsional, bertitik dari suatu masalah tertentu dalam masyarakat atau lingkungansekolah.maslah yang akan di pelajari adalah maslah yang berfungsi dan makna bagi kehidupan manusia. Berdasarkan masalah tersebut yang di pelajari aspek-aspek dari berbagai disiplin yang berada dalam suati bidang studi yang sama, yang sedang dipelajari, contohnya, kita ambil maslah tentang air, maslah ini akan di pelajari aspek kimia, biologi atau fisiologi, ilmu alam dan lainnya yang terkait dengan masalah air tersebut.
c.       Pendekatan daerah,pemilihan suatu daerah tertentu sebagai sabjek pelpelajaran, kemudian akan di pelajari aspek bioggrafi, ekonomi, antropologi, adat istiadat, bahasa, dan sebagainya. Aspek yang akan dipelajari  tentu merupakan hal yang relevan dengan daerah tersebut dan berada di dalam bidang studi yang sama. Misalnya dalam pengpelajaran IPS dapat di pilih daerah bali, kemudian di buat perencanaan berbagai aspek seperti geografi daerah bali, bahasa penduduk. Pendekatan ini akan di kembangkan  dalam pembinaan kurikulum  di sekolah kita dalam bentuk kurikulum berkorelansi yang menekankan pada bidang studi seperti yang kita kenal dalam kurikulum tahun 1975.
4.      Pedekatan integratif
Pendekatan ini di kenal dengan pendekatan terpadu, yang bertolak dari suatu keseluruhan atau kesatuan yang bermakna dan terstruktur. Bermakna mempunyai arti setiap keseluruhan yang memiliki makna, arti, dan faedah tertentu. Oleh karena itu kurikulum harus harus di susun sedemikian rupa sehingga mampu mengembangkan pribadi yang utuh dalam masyarakat yang berkembng.
Mata pelpelajaran hanyalah sebagai faktor yang mempengaruhi perkembangan anak di samping itu faktar yang mempengaruhi perkembangan anak seperti bangunan, fasilitas, tukang kebun, gambar dan lainya.
5.      Pendekatan sistem
Sistem adalah suatu  totalitas yang terdiri sejumlah komponen yang merupakan sebuah subsistem dari suatu sistem. Pendekatan sistem digunakan sebagai suatu sistem berfikir, bahkan pendekatan ini berkembang dalam upaya pembaharuan pendidikan. Langkah yang digunakan adalah proses perumusan masalah atau hasil-hasil yang di inginkan, melalui paper analisis atau eksperimen. Da pendidikan dan kurikulum  uraian diatas dapt di jelaskan bahwa dalam penyusunan suatu program pendidikan dan kurikulum yang penting untuk di tentukan jenis pendekatan yang  digunakan.
v  Mutunya untuk mempelajari kurikulum PAI
Untuk meningkatkan mutu   pendidikan agama islam melalui kerja sama antar sekolah dengan pendidikan keagamaan di masyarakat bisa dilahat dari sudat pandang situasi yang ditunjukkan oleh tiga hal yaitu:
1.      Remaja, nongkrong, dianggap masalah ketika nongkrong itu dilakukan misalnya, disore hari setelah magrib sampai jam 10 malam. Untuk bisa memperoleh pelpelajaran yang mereka telah pelajari di sekolah, harus di pelajari terlebih dahulu di rumah. Penyebab remaja ini nongkrong adalah karena mereka butuh wahana untuk bersosialisasi , bergaul, menggabungkan diri dengan teman-temannya karna mereka sedang mencari identitas diri mereka. Merka masih beruntung bila nilai yang berkembang di kelompok adalah nilai-nilai positif.
2.      Pendidikan keagamaan kurang di minati oleh kalangan remaja, termasuk yang berstatus sebagai siswa. Penyebabnya adalah karena pendidikan keagamaan  sudah tidak memenuhi harapan dan kebutuhan mereka.
3.      Kecendrungan menurunnya akhlak  alkarimah sebenarnya merupakan salah satu akibat dari dua gejala diatas.

D.    PERMASALAHAN KURIKULUM YANG DIMILIKI  INDONESIA
Dalam proses pengembangan kurikulum , banyak sekali masalah yang di hadapi yang memerlukan pertimbangan dan pemecahan sendiri masalah tersebut di sebabkan oleh berbagai kondisi yang ada, yang sesuai dengan tuntunan dan prinsip kebutuhan yang perlu di penuhi.
A.    Masalah umum
Dalam masalah umum dapat di kelompokkan menjadi delapan kelompok yaitu:
a.       Bidang cakupan (scope)
Bidang cakupan dapat di defenisikan sebagai luas kurikulum  yang didalam nya mencakup berbagai topik, pengalaman belajar, aktivitas, pengerganisasian serta elemen tersebut.
Untuk menentukan scope pengembangan kurikulum dihadapkan pada sejumlah permasalahan berikut:
1.      Pengorganisasian berbagai elemen dan hubungan antar elemen tersebut. Menurut J.i. goodlad scope merupakan hal-hal yang pokok yang harus dipelajari siswa di sekolah.
2.      Pesatnya perkembangan IPTEK
Dikarenakan karna ilmu pengetahuan dan teknologi cendrung terus berkembang  dan meningkat sedemikian pesatnya  yang berkaitan dengan masalah ini. A. J. Lewis (oliva, 1992) mengatakan bahwa: ketika anak yang dilahirkan saat itu menamatkan kuliah , maka dunia informasi yang akan di hadapi nanti sudah berkembang empat kali lipat, ketika anak itu berumur 50thn menjadi berkembang 32 kali lipat. Padahal 97 persen pengetahuan yang ada di dunia ini di peroleh anak semenjak lahir. Ini merupakan masalah tersendiri yang di hadapi para pengembang kurikulum  dalam penentuan scope kurikulum yang akan di kembangkan.
3.      Penentuan prosedur tujuan. Menyangkut lima tahapan yaitu:
a.       Penetapan tujuan yang inklusif
b.      Tujuan umum yang harus di rumuskan kedalam sejumlah pertanyaan umum yang lebih kecil.
c.       Masing-masing tujuan mata pelpelajaran atau bidang studi harus diuraikan dalam  tujuan pembelpelajaran umum , selanjutnya di jabarkan menjadi tujuan pembelpelajaran khusus  dengan ketentuan pernyataan tersebut dapat diukur.
4.      Pengambilan keputusan
Maslah yang di hadapi dalam penentuan scope kurikulum adalah pengambilan keputusan  sebagai cakupan sebuah kurikulum.
b.      Relevansi
Merupakan masalah yang cukup ensesial  dan harus mendapatkan perhatian dalam pengembangan kurikulum. Pengertian relevansi memang mengandung dan mengundang banyak penafsiran  di karenakan kata relevansi itu harus dikaitkan dengan masalah dunia kerja (vocation), kependudukan, hubungan antar pribadi dan aktivitas lainnya yang menyangkut budaya, sosial, politik dan sebagainya. Relevansi berkembang menurut kegunaan suatu kurikulum bagi orang dan masyarakat bangsa.
c.       Keseimbangan
Oliva menunjukkan beberapa variabel yang dipertimbangkan seperti:
·         Kurikulum yang bersifat pada siswa.
·         Kebutuhan siswa dan masyarakat
·         Pendidikan umum dan khusus
·         Luas dan dalamnya kurikulum
·         Pendidikan individual dan masyarakat
·         Kebutuhan akademis yang di harapkan
·         Metode, pengalaman, dan strategi
·         Tujuan-tujuan kelembagaan
d.      Integritas
Pengintegritasan berarti memadukan, menggabungkan, dan menyatukan antar disiplin ilmu. Pengintegritasan ini bersifat optional  (pilihan) dan kadang-kadang kontroversial.
e.       Sekuens (sequence)
Susunan atau urutan pengelompokkan kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan kurikulum. Berikut langkah-langkahnya :
·         Mulai dari yang sederhana menuju yang kompleks
·         Menurut alur kronologis
·         Balikan dari alur kronologis
·         Mulai dari keadaan geoggrafis sampai ke yang jauh
·         Dari jauh menuju dekat
·         Dari umum ke khusus
·         Dan dari kusus ke umum.
f.       Kontinuitas
Merupakan pengulangan terencana tentang isi (content) untuk mencapaikeberhasilan. Prinsip ini menyerupai dengan pengenalan konsep, ketrampilan dan pengetahuan secara berulang.
g.      Artikulasi
Pertautan antara kelompok  elemen atau unsur lintas tingkatan sekolah. Contoh: SD dan SLTP. SLTP dan SMA, SMA Dan perguruan  tinggi. Yang tak lepas dalam dimensi sekuens seperti halnya kontinuitas.
h.      Kemampuan transfer (trasferability)
Proses pertransveran nilai yang di pelajari di sekolah harus dapat diaplikasikan di luar sekolah saat siswa sudah menamatkan sekolahnya.  Prinsip-prinsip umum dari transfer yaitu:
·         Trasfer merupakan hati nurani pendidikan
·         Memungkinkan untuk dilakukan
·         Proses trasfer di mulai dari situasi yang lebih dekat
·         Secara umum dapat dikatakan  bahwa siswa memperoleh pengetahuan bagi dirinya  trasfer tersebut telah berhasil.

B.     Masalah khusus
Beberapa masalah yang  perlu dipahami secara seksama.
1.      Masalah yang berhubungan dengan tujuan dan hasil-hasil kurikulum yang di peroleh oleh sekolah seperti:
a.        untuk siapa kurikulum itu di sediakan
b.      Apakah kurikulum tersebut  bermaksud mendidik  siswa agar mampu mengendalikan diri
c.       Apkah kurikulum bermaksud mempersiapkan siwa bagi masa depan.
d.      Apakah kurikulum di kaitkan dengan usaha pencapaian tujuan pendidikan dan
e.       Apakah tujuan tersebut di perbaiki guna mencapai hasil pendidikan yang lebih baik.

2.      Masalah yang berhubungan dengan isi dan organisasi kurikulum terdiri atas:
a.       Ukuran yang di gunakan dalam memilih bahan dan pengalaman kurikuler
b.      Kurikulum disusun berdasarkan mata pelpelajaran
c.       Perbedaan yang terdapat dalam kurikulum
d.      Jenis-jenis kegiatan dalam kurikuler
e.       Berbagai pelpelajaran yang di gunakan dalam penaikan kelas
3.      Masalah yang berhubungan dengan proses penyusunan dan revisi kurikulum
a.       Cara pengadaan artikulasi dab korelasi
b.      Awal penyusunan kurikulum
c.       Sumber- sumber informasi yang di manfaatkan untuk menyusun kurikulum
d.      Pihak yang memberikan latihan dalam pengelolaan kurikulum
e.       Cara perbaikan dan prosepenyusunan kurikulum

C.     masalah dalam pendidkan agama islam
Indonesia merupakan negara yang mayoritas Islam. Akan tetapi dalam hal pendidikan, pendidikan islam tidak menjadi mayoritas dalam kedudukan pendidikan nasional. Sudah menjadi rahasia publik bahwa pendidikan Islam di pandang selalu berada pada posisi deretan kedua atau posisi marginal dalam system pendidikan nasional. Padahal, pendidikan apa pun itu, Baik pendidikan nasional ataupun pendidikan Islam, pada hakekat nya pendidikan adalah mengembangkan  harkat dan martabat manusia, memanusiakan manusia agar benar-benar mampu  menjadi  khalifah




Suatu Permasalahan dapat muncul dari elemen-elemen intern maupun ekstern yang ada di sekitar badan itu sendiri. Begitu juga dalam pendidikan, bahwa problem-problem itu berakar dari penyebab eksternal dan penyebab internal Problem internal hingga ekternal pun hadir di tengah-tengah pendidikan Islam. Mulai dari permasalahan internal dalam hal managemen hingga persoalan ekternal seperti politik dan ekonomi menambah sederet daftar problem yang mestinya ditindak lanjuti.

E.     TUJUAN KURIKULUM
Satuan pendidikan harus mengacu kearah pencapaian pendidikan nasional yang telah di tetapkan dalam undang-undang no. 2 tahun1998 tentang sisten pendidikan nasional. Kurikulum merupakan suatu alat pendidikan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mengalami proses pendidikan dan pembelpelajaran untuk mencapai target tujuan pendidikan nasional kususnya dan sumber daya manusia berkualitas umum.
Tujuan mata pelajaran dikelompokkan menjadi beberapa bidang studi yaitu:
1.      Bidang studi bahasa seni
2.      Bidang studi ilmu pengetahuan sosial
3.      Ilmu pengetahuan alam
4.      Pendidikan jasmani dan kesehatan.

Setiap mata pelajaran mempunyai tujuan sendiri dan berbeda dengan tujuan yang hendak di capai oleh mata pelpelajaran lainnya. Tujuan nya untuk penjabaran dari tujuan kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Contohnya:


a.       Menanamkan, memupuk, dan mengembangkan pengetahuan yang praktis
b.      Mengembangkan kemampuan berfikir logis dalam pola berpikir abstrak yang di hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
c.       Mengembangkan kemampuan untuk hemat dan pandai menghargai waktu
d.      Dan mengembangkan sikap gotong royong, jujur, serta percaya kepada diri sendiri.























BAB III
PENUTUP
3.1.      KESIMPULAN
Dari beberapa uaraian di atas dapat ditarik beberapa simpulan, antara lain:
1)      Problem-problem pendidikan islam berakar dari penyebab eksternal dan penyebab internal.
Adapun faktor-faktor internal dalam pendidikan Islam,yaitu :
Pertama, meliputi manajemen pendidikan Islam yang terletak pada ketidak jelasan tujuan yang hendak di capai.
Kedua, faktor kompensasi profesional guru yang masih sangat rendah.
Ketiga, faktor pemimpin sekolah yang lemah dalam komunikasi dan negosiasi.
Selain faktor internal terdapat pula faktor-faktor eksternal yang dihadapi pendidikan Islam, meliputi :
Pertama, adanya perlakuan diskriminatif pemerintah terhadap pendidikan Islam.
Kedua, dapat dikatakan bahwa paradigma birokrasi tentang pendidikan Islam selama ini lebih didominasi oleh pendekatan sektoral dan bukan pendekatan fungsional.
Ketiga ,dapat di katakan bahwa paradigm masyarakat terhadap lembaga pendidikan islam masih sebelah mata.
2)      Menurut Center for Moderate Muslim Indonesia, setidaknya ada tiga tantangan pokok yang dihadapi pendidikan Islam di Indonesia dalam menelusuri arus global yaitu:
A.    Konformisme kurikulum dan sumber daya manusia
B.     Perubahan Sosial Politik
C.     Perubahan orientasi.
3)      Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat diberikan yaitu:
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan
Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidika
DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan, dan Ahmadi, Iif Khoiru, Konstruksi Pengembangan Pembelajaran; Pengaruhnya Terhadap Mekanisme dan Praktik Kurikulum, (Jakarta : PT. Prestasi Pustaka Publisher, 2010).
Ahmad, Dkk, Pengembangan Kurikulum, (Bandung : PT. Pustaka Setia, 1998).
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006).
Hamalik, Oemar , Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007).
Prof. Dr. Muhaimin, M.A. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam; Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates